Kegelisahan tentang kepemimpinan bersama secara nasional mejadi wacana di internal serikat buruh independen. Tidak adanya kepemimpinan bersama membuat serikat buruh mejadi tidak terpimpin dan terorganisir sehingga nafasnya untuk merespon setiap isu perburuhan menjadi tersengal-sengal. Beberapa elemen dalam KASBI mempelopori berdirinya JBAK (Jaringan Buruh Antar Kota) yang kemudian melakukan refleksi dan kritik otoritik secara mendalam pada awal tahun 2003, tepatnya pada tanggal 31 Desember 2002 – 1 Januari 2003. Refleksi ini dihadiri oleh perwakilan dari PBL (Persatuan Buruh Lampung) Lampung, FSBKU (Federasi Serikat Buruh Karya Utama) Tangerang, SBN (Serikat Buruh Nusantara) Tangerang, SBJP (Serikat Buruh Jabotabek Perjuangan) Bogor, SBI (Solidaritas Buruh Indonesia) Bogor, GSBI (Gabungan Serikat Buruh Independen) Jakarta, SPBDI (Serikat Perjuangan Buruh PT Dada Indonesia) Purwakarta, FPPB (Federasi Persatuan Perjuangan Buruh) Bandung, FSBSK (Federasi Serikat Buruh Setia Kawan) Solo, SERBUK (Serikat Buruh untuk Keadilan) Wonosobo, FSBI (Federasi Serikat Buruh Independen) Semarang, KP SBY (Komite Persiapan Serikat Buruh Yogyakarta), KKBJ (Kelompok Kerja Buruh Jombang) Jombang, SBPD (Serikat Buruh Payung Demokrasi) Sidoharjo, SBK (Serikat Buruh Kerakyatan) Surabaya, SBDM (Serikat Buruh Demokratik) Malang.
Refleksi ini menghasilkan masih banyaknya permasalahan ditingkatan serikat buruh independen dan diperlukan banyak upaya untuk membenahinya, antara lain soal pendanaan iuran, pendidikan untuk kaderisasi dan manajemen organisasi. Untuk itu diperlukan pertemuan lanjutan di Semarang pada tanggal 14 – 17 Maret 2003. Dalam pertemuan tersebut dibuat sebuah ikrar bersama tentang pembangunan organisasi nasional sebagai kebutuhan dan jawaban terkotak-kotaknya serikat buruh. Dalam pertemuan itu pula dibentuk BKN (Badan Kolektif Nasional) KASBI (Komite Aksi Serikat Buruh Independen). Dengan Koordinator Beno Widodo dari FPPB Bandung. BKN beranggotakan perwakilan dari masing-masing wilayah. Ditahun ini, KASBI telah melakukan aksi May Day dan beberapa aksi penyikapan kebijakan perburuhan nasional. Hingga dilakukan pertemuan nasional dibandung pada September 2003 sebagai persiapan pertemuan nasional dalam rangka penataan organisasi. Dalam jeda waktu ini telah beberapa organisasi menyatakan bergabung dengan KASBI yakni : GSBM (Gabungan Serikat Buruh Mandiri) Jakarta pada September 2003, FSBIP (Federasi Serikat Buruh Indonesia Perjuangan) Jakarta pada Februari 2004, SPBI (Serikat Perjuangan Buruh Indonesia) Malang pada April 2004 dan SERBUK (Serikat Buruh Kebun) Medan pada Maret 2003.
Pada tanggal 16-19 Juni 2004 dilakukan Pertemuan Nasional di Depok dengan melahirkan program kerja dan struktur dengan nama Komite Persiapan Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KP KASBI). Dalam pertemuan ini GSBI menyatakan mundur dari KASBI dengan alasan tidak siap secara internal GSBI. Dalam proses perjalanan menuju kongres ada dua organisasi yang menyatakan keluar dari KASBI yaitu SBTA Palembang dengan alasan KASBI tidak menata organisasi secara sektoral dan SBDM Malang yang menyatakan KASBI tidak demokratik dan patriotik. Yang perlu dicatat adalah bahwa seluruh proses keluarnya organisasi tersebut tidak dinyatakan dalam pertemuan secara resmi, bahkan ketika diundang dalam pertemuan dan kongres tidak ada yang hadir.
Dalam KP KASBI inilah kerja organisasi sebagai organisasi nasional mulai dilakukan seperti diadakan workshop organisasi dan konferensi tentang LMF (Labour Market Flexibility), membangun Aliansi Tolak PHK (ATP) dengan menduduki Disnakertrans selama dua minggu, juga aksi-aksi lainnya termasuk Mayday. Hingga pada tanggal 4 -7 Februari 2005, KASBI melakukan Kongres Pertamanya di Bogor. Dalam Kongres I ini telah menghasilkan pembacaan Situasi Nasional, Strategi Taktik dan Program Umum, AD/ART serta struktur Pengurus Pusat KASBI Periode 2005 – 2008. Dilanjut dengan Kongres II di Malang pada tanggal 24 – 27 Januari 2008, dengan memilih struktur baru 2008 – 2011, kemudian dilanjutkan Kongres III di Bandung dan Kongres IV di Karawang pada tahun 2015 serta Kongres V di Jakarta pada tanggal 28 – 31 Maret 2019.